Jumat, 23 November 2012

tanah longsor

Longsor di Tulungagung, Diduga Akibat Penggundulan Hutan

detik.com
Ilustrasi

Dua warga Desa Penampihan, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tewas tertimbun tanah longsor usai hujan deras mengguyur daerah tersebut.
Dua warga dalam satu keluarga itu adalah Minem (49) dan Widia (17). Seorang ibu rumah tangga dan anak kandungnya tersebut tidak dapat menyelamatkan diri saat musibah terjadi, Sabtu (21/11) malam.
"Mereka tidak sempat menyelamatkan diri saat musibah itu terjadi begitu cepat," kata Santoso, salah seorang keluarga korban, di Tulungagung, Minggu.

Beruntung, kata dia, Wagini (55) yang merupakan suami Minem, masih bisa menyelamatkan diri, meski rumahnya telah tertimbun material longsoran setebal kurang lebih dua meter.
Selain menimpa rumah Wagini, bencana tanah longsor itu juga mengancam puluhan rumah warga yang lain, yang lokasinya berada di bagian bawah perbukitan.

Akibat Penggundulan Hutan
Sementara itu Pemerintah Kabupaten Tulungagung memastikan penyebab longsor yang terjadi di lereng Gunung Wilis akibat penggundulan hutan. Kawasan tersebut paling banyak menjadi obyek penjarahan pada masa reformasi.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Tulungagung Wahyu Aji mengatakan kondisi hutan pinus yang berada di kawasan hutan Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, memang cukup parah. Lahan yang semula dikelola Perhutani ini secara sporadis dikuasai oleh masyarakat di sekitar hutan untuk dijadikan lahan pertanian. "Penjarahan ini terjadi pada masa reformasi dulu," kata Wahyu Aji, Minggu (22/11).

Sejak 2007, masyarakat menanami kawasan itu dengan sayur mayur hingga dikenal sebagai daerah agropolitan. Sehingga perlahan-lahan petak tanaman pinus yang ada telah beralih menjadi sayur mayur.
Kondisi ini diperparah dengan sikap warga yang mendirikan rumah di lereng gunung. Dengan hanya meratakan tanah hingga berbentuk tera siring, warga memanfaatkan areal curam tersebut menjadi permukiman. Karena itu, ketika terjadi hujan deras secara mendadak tidak satupun tanaman keras yang mampu menahan tanah.

Menurut catatan Kantor Kesatuan Kebangsaan Perlindungan Masyarakat setempat, longsor yang terjadi Sabtu (21/11) malam itu tak hanya menewaskan ibu dan anak di Dusun Turi. Tercatat satu ekor sapi mati serta dua lainnya mengalami patah kaki setelah diterjang longsor. “Masyarakat di sini berprofesi sebagai pemerah sapi,” kata Wahyu Aji.

Untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa, pemerintah akan memperketat pengawasan penebangan hutan di daerah itu. Warga di sekitar hutan juga diminta belajar dari musibah yang ada untuk lebih arif memperlakukan hutan. (ant/tmp/sam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar